"Get Gifs at CodemySpace.com "

Jumat, 01 Juni 2012

Mengubah Teks Wawancara Menjadi Teks Narasi dengan Memerhatikan Kalimat Langsung dan Tak Langsung


Teks wawancara merupakan bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab antara pewawancara dan narasumber. Untuk menceritakan atau menyampaikan kembali hasil wawancara kepada orang lain, teks wawancara perlu diubah dalam bentuk narasi. Narasi merupakan bentuk karangan pengisahan suatu cerita atau kejadian.
Agar kamu dapat menarasikan teks wawancara dengan baik, lakukan langkah-langkah berikut.
  1. Bacalah teks wawancara dengan cermat.
  2. Catatlah pokok-pokok isi wawancara.
  3. Buatlah pengantar ke arah isi wawancara.
  4. Narasikan isi wawancara dengan mengembangkan pokok-pokok isi.
  5. Lengkapilah narasi dengan bagian penutup.

Kalimat Langsung
  • Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
  • Bagian kutipan dalam kalimat langsung dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
  • Biasanya ditandai dengan tanda petik ( “....” )

Kalimat Tidak Langsung
  • Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan orang lain.
  • Bagian kutipan pada kalimat langsung berubah menjadi kalimat berita.

Contoh naskah wawancara
Topik : Hiburan.
Narasumber : Romy Rafael.
Pewawancara : Wartawan dari majalah Magic Indonesia.
W : wartawan (Vanessa), N : narasumber (Romi).
W : Selamat pagi Pak, saya wartawan dari majalah Magic Indonesia, boleh
saya mewawancarai Bapak?
N : Pagi. Tentu saja boleh, silahkan.
W : Majalah Magic Indonesia akan memasukkan biografi anda sebagai salah
satu magician Indonesia , jadi wawancara ini berkaitan dengan
kehidupan Anda?
N : Begitu ya? Baik saya siap.
W : Terima kasih Pak.
Ilmu magic apa yang selama ini ditekuni?
N : Selama ini saya menekuni ilmu hipnotis.
W : Darimana anda dapat mengetahui ilmu ini?
Apakah sejak anda mengetahuinya anda langsung tertarik?
N : Saat masih kecil, kehidupan saya dengan teman-teman saya yang lain
memang sedikit berbeda. Di saat teman-teman saya yang lain
berkumpul untuk bermain, saya menyendiri. Karena kebiasaan itu,
saya sering kali menjadi bahan ejekan teman-teman, dan jadilah saya
seorang yang tidak percaya diri.
Begitu pula saat saya duduk di bangku SMP, sifat saya yg
tertutup membuat saya tidak memiliki banyak teman. Beruntung dari
keadaan itu, saya memiliki ‘teman-teman baru’ berupa buku, dari buku-
buku yang saya baca itulah saya mendapatkan karakter diri saya dan
mulai tertarik pada ilmu hipnotis.
W : Berapa lama anda mendalami ilmu hipnotis ini?
Dimana sajakah anda mendalaminya?
N : Saya mendalami ilmu hipnotis dan berbagai kegunaannya lebih dari
empat tahun di Amerika. Disana saya pernah belajar di Hypnotism
Training Institute, Ultimate Stage Hypnotism Institute dan Institute for
Neuro Research and Education.
W : Sebelum anda benar-benar menekuni ilmu hipnotis ini, bagaimana
tanggapan atau reaksi orang tua anda?
N : Keputusan saya menekuni dunia ini memang mendapat tentangan dari
keluarga saya. Pola pikir kedua orang tua saya masih berdasarkan pada
persetujuan umum, kalau bekerja berarti menjadi pegawai.
W : Sampai saat ini, hal apa saja yang telah dijalani bersangkutan dengan
ilmu hipnotis anda?
N : Sampai saat ini, saya menggunakan kemampuan hipnotis saya selain
untuk hiburan, juga untuk aktivitas klinis (pengobatan psikis), medis
(kedokteran),bahkan untuk bisnis dan perusahaan. Saya selalu
berusaha menghilangkan kesan negatif hipnotis lantaran karena kasus
penipuan dan
kejahatan dengan ilmu ini. Saya telah membuka Klinik Romy Rafael
Hypnotheraphy dengan menerima penyembuhan orang yang tengah
dalam keadaan stres, depresi, phobia, bahkan menghilangkan
kebiasaan buruk.
Selain itu, saya juga telah menyusun buku Hypnotheraphy : Quit
Smoking!, yang berisi panduan hypnoteraphy dalam bentuk buku dan
CD, untuk menghilangkan kecanduan rokok. Sekarang ini, saya
menjadi salah satu komentator di acara The Master dan tuan rumah
di Master Hipnotis Romy Rafael.
W : Mengapa anda mendapat sebutan Master Hipnotis?
N : Pada tahun 2005 lalu saya berhasil mencatat rekor Museum Rekor
Indonesia atau yang dikenal MURI dengan menghipnotis sekitar 5000
orang yang hadir dalam sebuah acara seminar yang berlangsung di
Mangga Dua Square, Jakarta pada 11 November 2005.
W : Menarik sekali perjalanan anda menuju kesuksesan anda sekarang ini,
semua dijalani tanpa kenal lelah.
Baik Pak, terima kasih atas waktu dan semua informasinya. Sukses
selalu dan selamat siang.
N : Sama-sama. Terima Kasih.

Latihan :
Ubahlah teks wawancara di bawah ini menjadi bentuk narasi dengan memerhatikan langkah-langkah penyajiannya!
Bacalah teks wawancara berikut!
Ket:
P -> Penanya
N -> Narasumber

Membangun Community of Knowledge Lewat 3G
Keberadaan teknologi 3G sebagai sarana komunikasi di Indonesia merupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, teknologi 3G berguna untuk memperoleh informasi, entertainmen, atau sebagai mobile office. Simaklah wawancara dengan pakar komunikasi dan telematika, Roy Suryo berikut! Mintalah dua temanmu untuk membacakannya secara bergantian!
P : Sejak kapan menekuni bidang komunikasi dan telematika, dan mengapa memutuskan total di bidang ini?
N : Memang hobi dari dulu. Kalau hobi mengoprek (mengutak-atik) permainan elektronik sejak SMP, bahkan di SD sudah mulai. Tapi belum terbina dan terdidik seperti sekarang. Semakin lama saya ikuti, semakinmenyenangkan. Dari hobi itu, ternyata, saya tahu teknologi membuat hidup lebih nyaman. Kenyataan begitu,. teknologi saya ikuti sebagai bagian dari kehidupan.
P : Bagaimana Anda melihat teknologi komunikasi dan telematika Indonesia saat ini, terutama dengan hadirnya 3G?
N : Teknologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat dari sosialisasi, edukasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu kemudian yang membuat saya semakin konsen terlibat di dalamnya. Kita gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya untuk hal agamis. Road show ke kampus-kampus ini juga mengajak masyarakat menggunakan fasilitas yang ada secara positif. Kita bisa manfaatkan, jangan hanya untuk konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.
P : Apakah dampak negatif lain dari 3G? Kesehatan, lingkungan, atau mungkin kriminalisasi?
N : Pertanyaan ini selalu muncul. Semua perangkat ini memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada ambang batasnya. Di Amerika, ada FCC (Federal Communication Commission) yang menguji kelayakan produk elektronik. Kalau dampak negatifnya besar, pasti ditarik. Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal. Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak. Untuk mereka yang punya kreativitas, perlu dibina. Makanya, daripada ngoprek yang kriminal, disalurkan
ke operator saja. Kita libatkan dan kita gali kreasinya.
P : Solusi atau dampak negatif yang muncul?
N : Solusinya agak sulit kalau teknologi hanya dilawan dengan teknologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nonteknis, seperti sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Bahkan, juga hukum yang dapat memayungi teknologi. Teknologi tak bisa dibendung karena cepat sekali berkembang. Sementara adaptasi masyarakat terhadap teknologi berbeda-beda. Kita menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan hi-tech dengan adanya 3G. Saya sampaikan di tiap tempat bahwa teknologi itu jangan ditolak. Teknologi jangan dilawan, tapi dimanfaatkan sebaik-baiknya.
P : Siapa yang berperan terhadap baik-buruknya teknologi?
N : Semua punya keterlibatan dalam perkembangan teknologi. Mulai operator, vendor, tokoh-tokoh masyarakat, media, dan juga masyarakat itu sendiri. Semua punya kontribusi. Tetapi, kalau ada yang "lari" duluan atau lebih cepat dibanding yang lain, hal itu kadang membuat tidak seimbang. Mari menciptakan komunitas knowlwdge. Dari komunitas ini, kita punya ide dan harapan yang dapat dikembangkan bersama. Ajak masyarakat untuk ngobrol dan kita masukkan kajian-kajian teknologi.
Sumber Media Halo, Edisi April 2007, (dengan pengubahan).

Bentuk Narasinya :
Membangun Community of Knowledge Lewat 3G
Keberadaan teknologi 3G sebagai sarana komunikasi di Indonesia merupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, teknologi 3G berguna untuk memperoleh informasi, entertainment, atau sebagai mobile office.
Roy Suryo mulai menyukai bidang komunikasi dan telematika sejak SD. Memang hobi dari dulu. Kalau hobi mengoprek (mengutak-atik) permainan elektronik sejak SMP, bahkan di SD sudah mulai. Tapi belum terbina dan terdidik seperti sekarang. Semakin lama saya ikuti, semakin menyenangkan. Dari hobi itu, ternyata, saya tahu teknologi membuat hidup lebih nyaman. Kenyataan begitu,. teknologi saya ikuti sebagai bagian dari kehidupan.
Baginya teknologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat dari sosialisasi, edukasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu kemudian yang membuat saya semakin konsen terlibat di dalamnya. Kita gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya untuk hal agamis. Road show ke kampus-kampus ini juga mengajak masyarakat menggunakan fasilitas yang ada secara positif. Kita bisa manfaatkan, jangan hanya untuk konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.
Semua perangkat ini memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada ambang batasnya. Di Amerika, ada FCC (Federal Communication Commission) yang menguji kelayakan produk elektronik. Kalau dampak negatifnya besar, pasti ditarik. Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal. Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak. Untuk mereka yang punya kreativitas, perlu dibina. Makanya, daripada ngoprek yang kriminal, disalurkan ke operator saja. Kita libatkan dan kita gali kreasinya. Solusi atau dampak negatif yang muncul? Solusinya agak sulit kalau teknologi hanya dilawan dengan teknologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nonteknis, seperti sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Bahkan, juga hukum yang dapat memayungi teknologi. Teknologi tak bisa dibendung karena cepat sekali berkembang. Sementara adaptasi masyarakat terhadap teknologi berbeda-beda. Kita menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan hi-tech dengan adanya 3G. Saya sampaikan di tiap tempat bahwa teknologi itu jangan ditolak. Teknologi jangan dilawan, tapi dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Semua pihak memiliki keterlibatan dalam perkembangan teknologi. Mulai operator, vendor, tokoh-tokoh masyarakat, media, dan juga masyarakat itu sendiri. Semua punya kontribusi. Tetapi, kalau ada yang "lari" duluan atau lebih cepat dibanding yang lain, hal itu kadang membuat tidak seimbang. Mari menciptakan komunitas knowlwdge. Dari komunitas ini, kita punya ide dan harapan yang dapat dikembangkan bersama. Ajak masyarakat untuk ngobrol dan kita masukkan kajian-kajian teknologi. Sumber Media Halo, Edisi April 2007, (dengan pengubahan).