"Get Gifs at CodemySpace.com "

Rabu, 01 Februari 2012

FUNGSI AL-QUR'AN

 

Ada beberapa tujuan diturunkannya Al Qur’an.
1. Sebagai bukti berasal dari Allah SWT. “Dan apabila engkau tidak mendatangkan satu ayat (Al Qur-an) kepada mereka, mereka berkata, “Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?” Katakanlah,”Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dari Tuhanku. Inilah (Al Qur-an) adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi kaum beriman”. (QS. Al A’raf: 203). Orang kafir beranggapan bahwa Al Qur-an itu adalah karangan Nabi Muhammad saw, sehingga apabila wahyu tidak turun, maka mereka meminta kepada beliau untuk mengarang ayat. Tentu saja hal ini merupakan ejekan mereka kepada Nabi Muhammad.
2. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. “Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) adalah Al-Kitab (Al Qur’an) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.” (QS. Fathir: 31)
3. Sebagai pelajaran dan penerangan. “Al Quran itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.” (QS. Yaa Siin: 69)
4. Sebagai pembimbing yang lurus. “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Quran dan Dia tidak mengadakan penyimpangan di dalamnya, melainkan sebagai bimbingan yang lurus.” (QS. Al-Kahfi: 1-2)
5. Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. “Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakininya.” (QS. Al Jatsiyah: 20)
6. Sebagai pengajaran. “Dan tiadalah ia (Al Qur-an), melainkan pengajaran untuk semesta alam.” (QS. AI Qalam: 52)
7. Sebagai petunjuk dan kabar gembira. “Kami turunkan kepadamu Kitab (Al Qur-an) yang menjelaskan segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi oranggorang muslim.” (QS. An Nahl: 89)
8. Sebagai obat penyakit jiwa. “Hai sekalian manusia, sungguh telah datang kepada kamu pengajaran dari Tuhanmu (Al Qur-an), penyembuh penyakit-penyakit dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 10/Yunus: 57)
Fungsi lain Al-Quran yang tidak kalah penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad saw., dan bukti bahwa semua ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang terakhir paling tidak ada dua aspek dalam Al-Quran itu sendiri: 1) Isi/kandungannya yang sangat lengkap dan sempurna; 2) Keindahan bahasanya dan ketelitian redaksinya; 3) Kebenaran beritaberita gaibnya; dan 4) Isyarat-isyarat ilmiahnya.
1. Isi/kandungan Al-Quran
Isi Al-quran mencakup dan menyempurnakan pokok-pokok ajaran dari kitab-kitab Allah SWT yang terdahulu (Taurat, Injil, dan Zabur). Sebagian ulama mengatakan, bahwa Al-Quran mengandung tiga pokok ajaran: a) keimanan; b) akhlak dan budi pekerti; dan c) aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama manusia. Sebagian ulama yang lain berpendapat, bahwa Al-Quran berisi dua peraturan pokok: a) Peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT; dan b) Peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan dengan alam sekitarnya.
Kelengkapan dan kesempurnaan isi Al Qur-an ini diakui juga oleh para pakar Barat, di antaranya oleh Edward Gibbon. Ahli sejarah Inggris (1737-1794) ini mengatakan. “Al Qur-an adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam Islam. Isi Al Qur-an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum siksa di dunia.
“Karena itu amat besar perbedaan Al Qur-an dengan Bibel. Bibel tidak mengandung aturan-aturan yang bertalian dengan keduniaan. Yang terdapat di dalamnya hanyalah cerita-cerita untuk kesucian diri. Bibel tidak dapat mendekati Al Qur-an, karena Al Qur-an itu tidak hanya menerangkan sesuatu yang bertalian dengan amalan keagamaan, tetapi juga mengupas asas politik kenegaraan. Al Qur-an lah yang menjadi sumber peraturan negara, sumber undang-undang dasar, memutuskan suatu perkara yang berhubungan dengan kehartaan maupun kejiwaan.”
2. Keindahan bahasa dan ketelitian redaksi Al Qur-an
Banyak pakar baik dari Arab sendiri maupun dari Barat yang mengakui keindahan bahasa Al Qur-an. Berikut kami kutipkan beberapa pendapat mereka. George Sale yang merintis penerjemahan Al Qur-an ke dalam bahasa Inggris menulis dalam kata pengantar terjemahannya, antara lain. ” … Al Qur-an ditulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang indah dan paling tinggi yang tidak dapat ditiru oleh pena manusia. Oleh karena itu, Al Qur-an mukjizat yang besar. Berbekal mukjizat Al Qur-an Muhammad muncul menguatkan tugas sucinya. Dengan mukjizat itu beliau menantang ribuan sastrawan Arab yang cakap untuk menciptakan satu ayat saja yang dapat dibandingkan dengan gaya Al Qur-an.” Di bagian lain kata pengantarnya, ia menulis. “Sangat luar biasa dampak kekuatan kata-kata (Al Qur-an) yang dipilih dengan baik dan ditempatkan dengan seninya, yang dapat menumbuhkan gairah dan rasa kagum orang yang membacanya.”
Seorang sastrawan Arab yang masyhur, Mustafa Shodiq Ar-Rofi’ie mengakui, antara lain. “Tuhan menurunkan Al Qur-an dalam bahasa ini (Arab) dengan susunan tersendiri, membuat orang tidak berdaya menirunya, baik susunan (ayat-ayatnya) yang pendek maupun yang panjang …. Karena dia adalah pembersihan bahasa dari kekotorannya.”
Dr. Thoha Husein, sarjana Mesir yang sangat terkenal di dunia Barat mengakui. “Kata-kata terbagi tiga, yakni puisi, prosa, dan Qur-an. Akan tetapi Qur-an memiliki gaya tersendiri, bukan puisi dan bukan prosa. Qur-an adalah Qur-an. Ia tidak tunduk pada aturan prosa dan puisi. Ia memiliki irama sendifi yang dapat dirasakan pada susunan Iafainya dan urutan ayatnya.”
Tentu saja hanya orang yang memahami bahasa Arab yang dapat merasakan keindahan bahasa Al Qurran. Sebagaimana ditegaskan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al Qur-an, bahwa tidak mudah untuk mengetahui keindahan bahasa Al Qurran khususnya bagi kita yang tidak memahami dan tidak memiliki “rasa bahasa” Arab. Sebab keindahan diperoleh melalui “perasaan”, bukan melalui nalar. Namun demikian, menurut M. Quraish Shihab ada satu atau dua hal menyangkut redaksi Al Qur-an yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini.
“Seperti diketahui, seringkali Al Qur-an “turun” secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruh. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut tidak memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang indah apalagi teliti. Namun demikian setelah Al Qur-an rampung diturunkan dan kemudian dilakukan analisa serta perhitungan terhadap redaksi-redaksinya, ditemukan hal-hal yang sangat menakjubkan. Ditemukan antara keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.”
Untuk membuktikan adanya keseimbangan kata yang digunakan dalam AI-Quran, Dr. M. Quraish Shihab mengambil contoh dari Al I’jaz Al Adabiy li Al Quran Al Karim karya Abdurrazaq Nawfal. Beberapa di antaranya, adalah:
a. Keseimbangan kata yang bertolak belakang.
– Kata al-hayah (hidup) dan al-maut (mati), masing-masing disebut 145 kali.
– Kata al-naf’ (manfaat) dan al-madhorroh (mudarat), masing-masing disebut 50 kali. Kata al-har
(panas) dan al-bard (dingin), masinggmasing disebut 4 kali.
– Kata as-sholihat (kebajikan) dan al-syayi’at (keburukan), masing-masing disebut 167 kali.
– Kata al-Thuma’ninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan/kekesalan), masing-
masing disebut 13 kali.
– Kata ar-rohbah (cemas/takut) dan al-roghbah (harap/ingin), masing-masing disebut 8 kali.
– Kata al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing disebut 17
kali.
– Kata al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk Indifinite, masing-masing disebut 8 kali.
– Kata al-shoyf (musim panas) dan al-syita’ (musim dingin) masing-masing disebut 1 kali.
b. Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya (dua kata yang artinya sarna).
– Al-harts dan al-Ziro’ah (membajak/bertani), masing-masing disebut 14 kali
– Al-’ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing disebut 27 kali
– Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-gmasing disebut 49 kali.
– Al-jahr dan al-’aIaniyah (nyata), masing-masing disebut 16 kali.
c. Keseimbangan antara jumlah kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya.
– Al-infak (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing-masing disebut 73 kali
– Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasanah (penyesalan), masing-masing disebut 12 kali
– Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar / al-ahroq (neraka/pembakaran), masing-masing 154
kali
– Al-Zakah (zakat/penyucian) dengan al-barokat (kebajikan yang banyak), masing-masing disebut
32 kali.
– Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghodb (murka), masing-masing disebut 26 kali
d. Keseimbangan jumlah kata dengan kata penyebabnya.
– Kata al-isrof (pemborosan) dengan al-sur’ah (ketergesa-gesaan), masing-masing disebut 23 kali
– Kata al-maw’izhoh (nasihat/petuah) dengan al lisan (lidah), masing-masing disebut 25 kali
– Kata al-asro (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing disebut 6 kali
– Kata al-salam (kedamaian) dan al-thayyibat (kebajikan), masing-masing 60 kali
e. Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.
1) Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali sebanyak hari-hari dalam setahun.
Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), jumlah
keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang
berarti “bulan” (syahr) hanya terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2) Al Qur-an menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”.
3) Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau
basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah
518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa
berita tersebut, yakni 518 kali.
3. Kebenaran berita-berita gaibnya, salah satunya tentang Fir’aun.
Dalam Surat Yunus dikisahkan tentang Fir’aun yang tenggelam di laut merah sewaktu mengejar-ngejar Nabi Musa as. Ditegaskan pula bahwa “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir’aun), supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang sesudahmu, dan kebanyakan manusia melalaikan tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus: 92). Dan firman Allah SWT benar adanya. Ahli purbakala, Loret pada tahun 1896 menemukan satu mumi di lembah raja-raja Luxor Mesir, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir’aun yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa as. Sampai sekarang tubuh Fir’aun dalam keadaan utuh di Museum Kairo. Siapa pun yang berkunjung ke sana dapat menyaksikannya.
4. Isyarat-isyarat ilmiahnya.
Dalam Al Qur-an banyak isyarat-isyarat ilmiah. Diuraikan oleh Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan” Al Qur-an bahwa banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam AI-Quran. Misalnya diisyaratkan bahwa “Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedangkan cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari)” (perhatikan QS. Yunus:5). Atau bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanyalah bagaikan “ladang” (QS. AI Baqarah: 223), dan masih banyak lagi lainnya yang kesemuanya belum diketahui manusia, kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya, kalau bukan dari Dia, Allah SWT. Tuhan yang Maha Mengetahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar